Sinopsis Film
Sinopsis Operation Wedding
04.41
Setelah merilis Sampai Ujung Dunia dan Test Pack:
You’re My Baby pada tahun lalu – yang berhasil membuktikan bahwa film drama
dewasa Indonesia mampu dikemas secara ringan namun tetap berhasil tampil
emosional, Monty Tiwa kembali hadir dengan film terbarunya yang kali ini
bernafaskan drama komedi, Operation Wedding. Dengan departemen akting yang
diisi oleh jajaran pemeran muda berbakat di industri film Indonesia, Operation
Wedding sepertinya akan dapat dengan mudah menjadi sebuah film drama komedi
yang menghibur dan, tentu saja, menarik perhatian banyak penonton. Well… para
jajaran pemeran muda dengan penampilan sangat atraktif tersebut memang mampu
membuat Operation Wedding menjadi sangat menyenangkan untuk dilihat. Namun
ketika berhubungan dengan jalan cerita yang mereka lakoni… buruk mungkin hanya
satu-satunya kesan yang dapat disematkan pada film ini.
Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Raymond Lee
(Golden Goal, 2011), Chairul Rijal
(Bebek Belur, 2010) dan Vernawati Yunidar, Operation Wedding berkisah mengenai
kehidupan sebuah keluarga yang terdiri dari sang ayah, Kardi (Bucek Depp), dan
empat orang anak gadisnya yang sangat rupawan, Tara (Sylvia Fully R), Lira
(Kimberly Ryder), Vera (Dahlia Poland) dan Windi (Yuki Kato). Dengan latar
belakang yang berasal dari dunia militer, Kardi merupakan sosok yang sangat
protektif terhadap keempat anak gadisnya, bahkan ketika mereka telah beranjak
dewasa. Tidak mengherankan jika kemudian kehidupan empat gadis muda tersebut
cenderung tertutup dari kehidupan luar, termasuk dari kehidupan romansa yang
seharusnya sedang mereka nikmati.
Konflik mulai muncul ketika Windi kembali bertemu
dengan teman masa kecilnya terdahulu, Rendi (Adipati Dolken), yang kini telah
tumbuh menjadi sesosok pemuda tampan. Rendi yang sedari dahulu telah menyukai
Windi, kini kembali menyatakan perasaannya terhadap gadis tersebut. Sayangnya,
tentu saja, hubungan tersebut kemudian
terhalang dengan sikap protektif yang dimunculkan oleh Kardi. Melihat bahwa
hubungannya dengan Rendi tidak akan berjalan lancar karena sikap sang ayah,
Windi kemudian mulai menyusun rencana bersama kakak-kakaknya agar sang ayah
dapat menerima posisi mereka sebagai wanita dewasa yang kini telah siap untuk
jatuh cinta… dan menikah.
Walau dengan keberadaan tiga orang yang bertanggung
jawab terhadap penulisan naskah film ini, Operation Wedding justru memiliki
kelemahan terbesar pada bagian penceritaannya. Kisah mengenai sekelompok gadis
yang berusaha agar mendapatkan izin sang ayah yang protektif untuk menikah
maupun berpacaran sebenarnya bukanlah sebuah ide cerita yang terlalu buruk
untuk dikembangkan. Sayangnya, di tangan Raymond Lee, Chairul Rijal dan
Vernawati Yunidar, premis tersebut justru dikembangkan menjadi sebuah alur
penceritaan yang dipenuhi dengan konflik-konflik yang begitu dangkal, cenderung
bodoh dan seringkali melupakan keberadaan unsur logika dalam penyampaiannya.
Ketiganya terlihat terlalu berusaha untuk menghadirkan unsur drama, romansa dan
komedi dalam jalan cerita Operation Wedding tanpa pernah sekalipun terlihat
mampu untuk menangani ketiga elemen cerita tersebut.
Tidak hanya dari sisi cerita, karakter-karakter yang
dihadirkan dalam jalan penceritaan Operation Wedding juga cenderung dihadirkan
dengan begitu dangkal. Lihat bagaimana naskah cerita film ini menggambarkan
karakter Kardi yang begitu overprotective dengan berbagai tindakan anehnya,
tingkah polah keempat karakter anak gadis Kardi yang lebih sering tampil dengan
kelakuan yang mengganggu daripada menarik perhatian atau bahkan karakter empat
kekasihnya yang sepertinya hanya dijadikan untuk pemicu kehadiran unsur komedi
maupun drama berlebihan pada jalan cerita film ini. Penggambaran
karakter-karakter yang begitu karikatural inilah yang semakin membuat kualitas
penceritaan Operation Wedding semakin menyiksa untuk diikuti.
Dengan karakter-karakter yang dangkal tersebut tidak
mengherankan jika kemudian talenta-talenta yang hadir dalam departemen akting
film ini seringkali terkesan hadir secara sia-sia. Jangan salah. Seluruh
jajaran pemeran film ini telah berusaha semampu mereka untuk menghidupkan
karakter yang mereka perankan – mungkin kecuali Bucek Depp yang terlihat selalu
kaku dalam penampilannya. Sayangnya, penampilan yang cukup lumayan tersebut tidak
pernah mampu tergali dengan baik. Hasilnya, penampilan masing-masing pemeran
menjadi gagal untuk tampil kuat dengan chemistry antar setiap pemeran yang ada
di Operation Wedding terasa begitu minim keberadaannya.
Terlepas dari jajaran pemeran yang diisi dengan
wajah-wajah yang berpenampilan begitu atraktif (Hi, Kimberly Ryder!), Operation
Wedding sayangnya menghadirkan deretan penceritaan dengan kualitas yang begitu
menyedihkan. Ketiga penulis naskah cerita film ini sepertinya sama sekali tidak
tahu bagaimana cara untuk mengembangkan sebuah naskah cerita yang mampu
menghadirkan elemen drama, romansa dan komedi di dalamnya. Ditambah dengan
kehadiran dangkalnya penggambaran setiap karakter yang ada di jalan cerita film
ini, setiap jengkal penceritaan Operation Wedding menjadi begitu datar, bodoh,
bertele-tele dan jauh dari kesan menarik.
0 komentar