Juang's Blog

03.16

Istilah Jaim sudah lama populer di indonesia, dan cuma diindonesia, nggak seperti "Om telolet OM" yang sudah internasional, jaim masih bahasa lokal yang nggak bisa kalian gunakan di Kenya atau Slovakia. Jaim adalah kependekan dari jaga image, atau bahasa yang lebih luas bisa diartikan menjaga status, menjaga reputasi atau mungkin menjaga harga diri.

Kenapa istilah Jaim cuma ada di Indonesia mungkin karena emang jaim cuma ada di Indonesia, Correct me if i wrong kalo di luar negri tuh nggak ada yang namanya jaim. Mereka nggak pernah memandang orang lain dari segi apa yang kita pakai, apa yang kita miliki, atau apa profesi kita. Di Indonesia? udah punya motor aja masih pengen punya mobil, padahal kemana-mana sendiri. Ke kantor yang cuma beberapa kilometer naik mobil, demi Image.

Nggak salah kalo sifat jaim di Indonesia sudah memunculkan kerugian bagi Indonesia sendiri, contohnya ya dengan kendaraan tadi, banyak masyarakat yang jaim naik kerete dan ngotot harus naik mobil, perusahaan mobil melihat kesempatan ini ada di Indonesia, lalu mereka membuat kebijakan untuk membuat harga DP yang rendah dengan asumsi pikiran orang Indonesia "punya aja dulu, masalah kreditan dipikiri belakangan".

Dan lagi, jaim ini juga timbul bukan karena kemauan seseorang aja ternyata, banyak aku baca postingan di kaskus, ada salah satu dari mereka yang pernah nggak dikasi masuk ke show room mobil karena berpakaian sederhana, make celana ponggol, kaos, dan sendal, padahal dia mau ngambil mobil yang kemarin baru dibelinya dengan uang cash. Ada cerita lain dari mereka yang pernah tidak ladeni saat makan di restoran karena lagi-lagi hanya berpakaian sederhana. Padahal kan kita mau makan kan ya? bukan mau fashion show, toh lagian kita juga bayar, bukan ngemis makanan.

Bicara soal jaim, aku harus bicarain Ayah aku disini, bukan, bukan karena dia orang yang jaim, tapi karena dia orang yang sangat tidak jaim (atau mungkin pelit wkwk).

Ayah aku tuh punya mobil yang umurnya lebih tua dari aku, itu mobil kalo lagi dijalan, nggak ada yang ngelirik, kalo lagi hadap-hadapan dengan mobil mewah di jalan yang sempit, itu mobil mewah yang ngalah buat minggir, menghormati yang lebih tua mungkin haha. Berulang kali mamak aku udah kode-kode tentang tetangga yang beli mobil baru, tapi ayah aku tetap pada pendiriannya untuk save money. Nggak hanya urusan mobil, semua benda yang dimilikinya rata-rata cuma dibeli sekali seumur hidupnya, beliau berprinsip "yang penting bisa dipake sesuai fungsinya".

Tapi ayah aku lebih jaim ke penampilannya, di usia yang udah nggak muda masih milih batik yang modern, jeans, jam tangan mewah. Dan sempat beli semir rambut untuk nutupi ubannya walaupun nggak berhasil haha.

Dulu aku sempat kecewa ngelihat sifat ayah aku ini, sempat iri dengan teman-teman yang naik mobil mewah. Makin dewasa aku makin sadar kalo yang dilakukan ayah aku ternyata benar, aku sadar kalo biaya aku sekolah dan kuliah selama ini dan mungkin biaya-biaya aku kedepannya adalah hasil dari kesederhanaannya dia, hasil dari kesabaran dia untuk nggak mengikuti gaya hidup temannya dan lebih memilih menabung.

Namun jaim kadang dibutuhkan, apalagi untuk public figure, bayangin kalo justin bieber nggak jaim dan besok ada foto beredar justin bieber lagi galer di atas panggung. Jaim untuk kita orang biasa juga penting, kita nggak bisa kentut sembarangan, untuk beberapa orang atau kalangan mungkin itu bisa dimaklumi, tapi nggak semua bisa nerima hal tersebut, jadi, jangan kentut sembarangan apalagi abis makan telur kalau nggak mau imagemu buruk.

Pesanya adalah : jaim jangan jaim kalau tiada artinya, jaim boleh saja asal ada perlunya.

wassalam.

05.30

I'm Back

Terakhir nulis di blog ini sekitar 6 bulan yang lalu, ibarat mahasiswa, blog ini diskors satu semester. Saat nulis kalimat ini, bahkan aku belum tau akan seperti apa post ini, akan diisi apa, dan akan berisi kontent seperti apa.

Selama Ditinggal satu semester, pengunjung blog tetap stabil tiap harinya, ada sekitar 100-200 views per hari. Dan kolom komentar sudah mulai diisi oleh promosi-promosi alat pembesar penis, judi online, sampe obat kelamin. mereka nggak tau aja kalo 100 views itu yang liat orang yang sama, penulisnya.

jadi kenapa nggak nulis satu semester?

Pertama, aku mulai ngeblog dan rajin ngepost dari SMA, sekarang udah kuliah, yang udah kuliah pasti tau kalo kehidupan mahasiswa nggak sesantai siswa, yang masih siswa sabar aja, ntar juga tau.

Kedua, kontent di dalam blog aku lebih banyak tentang curhatan pribadi aja biasanya, apa yang mengganggu hati, dan akhir-akhir ini alhamdulillah belum ada masalah yang sampai harus ditulis diblog. Mungkin kedepannya harus mikirin kontent yang lebih luas lagi, kontent yang memungkinkan ngepost tiap hari, jadwal sholat misalnya.

ketiga, kehilangan refrensi. Para Blogger yang sering aku baca blognya untuk mencari ide sekarang sudah banyak yang jarang nulis dan banyak yang pindah ke ngevlog di youtube, jadi aku bingung mau nulis apa, jarang membaca juga jadi bikin identitas menulis kita hilang.

Tapi ketiga point di atas sebenarnnya cuma alasan yang dicari-cari aja. Alasan sebenarnya : Malas.

Aku orang yang malas untuk memulai sesuatu, tapi kalo udah mulai, susah berhenti, seperti mencintai kamu misalnya.

Untuk kalian yang berharap suatu saat ada obat malas, im with u.

Mungkin alasan yang lainnya, sekarang aku nggak tau apa tujuannya ngeblog, dulu itu tujuannya untuk menghilangkan rasa bosan, untuk kode in dia, curhat. sekarang nggak pernah bosan lagi, nggak butuh kode-kodean lagi, dan nggak jamannya lagi curhat di sosial media.

Udah segitu aja, ini tulisan spontan aja, tungguin tulisan selanjutnya yang lebih berkontent.

ciao.

11.00

Tentang Menjaga Perasaan

Alkisah hiduplah sepasang kekasih bernama Tejo dan Surti yang telah menjalin cinta selama 4 bulan lamanya. Surti adalah cewek populer di kalangannya, cantik, pintar, baik, namun sayang ada sepetak kurik di lutut kanannya. Tapi hal tersebut nggak ngebuat kepopuleran Surti menurun.

Sedangkan Tejo, adalah cowok yang biasa-biasa aja. Tejo hadir di dunia sebagai pelengkap kehidupan, setidaknya sampai saat ini. Berangkat dari latar belakang yang sangat jauh tersebut, Tejo dan Surti sering didera konflik tentang cemburu. Tejo kurang suka melihat ~~kurik~~ pacarnya dikerubungi ~~lalat~~ cowok lain.

Tejo panas, waswas, dan gelisah dibakar api cemburu. Tejo nggak kuat ketika setiap malam telfonan tapi terdengar suara notif chat Surti disebrang sana, ketika ditanya siapa, surti dengan santai menjawab "ini Ucok, temen kelasku yang celananya pendek sebelah itu". Tejo cuma bisa ngelus dada, sabar.

Nggak jarang juga Surti curhat ke Tejo tentang isi chatnya dengan cowok lain, suatu saat Surti cerita "Eh masa si Ucok ngirim gini ke aku, masa dia bilang dia sayang aku, dia kangen sama aku", Tejo cuma bisa balas "hehe" sambil nangis dipojokan. miris.

Tejo makin sedih, Tejo merasa Surti nggak pernah jaga perasaannya. Di saat itu juga, ada Inem datang ke kehidupan Tejo, cewek yang dulu pernah sekelas dengan Tejo saat TK, kini setelah belasan tahun, mereka bertemu lagi.

Tejo yang sedang rapuh hatinya pun menerima kedatangan Inem dengan baik, mereka mulai nostalgia masa-masa saat mereka TK dahulu.

"eh jo, inget ngga dulu kamu pernah nangis gara-gara ga dikasih pinjem penghapus sama si Udin?"

"hahaha inget-inget, gila ya aku cengeng banget dulu, itu yang akhirnya kamu minjemin penghapus kamu kan? makasih yaa hehe"

Tejo dan Inem pun semakin hari semakin dekat, tapi kedekatan mereka belum diketahui oleh Surti, pacarnya Tejo. Tejo juga nggak berniat memberi tahu Surti tentang kedekatannya dengan Inem, Tejo takut Surti terluka perasaannya, Tejo menjaga perasaan Surti.

Who side are you? #TeamTejo or #TeamSurti ?

03.33

Tentang Mencintai

Ketika kita mencintai orang lain, pasti ada aja suara-suara yang terdengar seperti "kok mau sih sama dia?" "kau kan cantik, bisa dapat yang lebih dari dia" "dia kan nggak keren sih, kok mau?".
Beberapa dari kita membalasnya dengan senyuman dan menghiraukannya, tapi ada juga yang terpengaruh, kepikiran, dan merasa "oia, bener juga yaa" lalu meninggalkan orang yang sebenarnya sangat kita cintai.

Namun, kita lupa esensi dari mencintai. Bukan mereka yang merasakan, bukan mereka yang menjalani. Jadi, bukan mereka yang berhak memutuskan yang terbaik untuk dijalani. Esensi dari mencinta adalah untuk merasa bahagia, bukan untuk terlihat bahagia. Memperjuangkan hati si dia, bukan hati lingkungan kita. Menikmati pengorbanan, bukan memaksakan pengorbanan.

Nggak ada patokan cerdas, kaya atau cakep untuk membuat kita bahagia. Mereka yang punya pasangan lebih cerdas, lebih kaya atau lebih cakep dari pasangan kita belum tentu lebih bahagia dari kita.

Bahkan kadang kita lebih nyaman dengan yang kecerdasannya tidak setara dengan kita karena akan banyak mengakibatkan perdebatan, atau kita tidak nyaman dengan pasangan yang terlalu memiliki gaya hidup yang mewah, kita juga bakal kewalahan mengikuti gaya hidupnya. Bahkan ada yang takut punya pasangan cakep karena lebih banyak ditaksir orang lain, lebih mudah selingkuh.

Cinta tentang orang yang kita butuhkan, bukan yang kita mau. Sebab kita akan bosan ketika kemauan kita sudah tercapai, tapi kebutuhan akan selalu dibutuhkan. Jadi, pilih pasanganmu menurut apa yang kamu butuhkan, bukan apa yang kamu mau.

Jangan pernah percaya lagi dengan cinta pada pandangan pertama, bullshit. Kamu cinta dia karena memandang dia cakep? kamu langsung cinta karena dia turun dari mobil mewah? atau karena dia pakai kaca mata tebal dan selalu baca buku? sesimpel itukah jatuh cinta?.

Bedakan kagum dengan jatuh cinta. Karena jatuh cinta nggak akan berubah kalau besok dia kecelakaan dan giginya ompong, cinta nggak akan berubah kalau besok dia turun dari angkot. Kagum hanya sesaat, tapi cinta butuh perlu waktu lama untuk merubahnya. Hanya butuh waktu sepersekian detik untuk kagum, tapi cinta perlu waktu dan pengorbanan.

06.24

Tentang Film Indonesia

Tadi lagi asik mainin HP, scroll timeline, trus baca thread yang judulnya “Film Waalaikumsalam Paris tayang mulai 17 maret 2016”. Seketika nggak tau harus ngapain. Ngerasa ada yang aneh nggak sih?

Buat yang nggak tau, sebelumnya di akhir 2014 ada film indonesia judulnya “Assalamualaikum Beijing”, film adaptasi dari novel dengan judul yang sama, okelah yakan? Toh judulnya juga menarik. Nah, entah apa yang terjadi, sekarang ada film yang judulnya “Waalaikumsalam Paris”. Dan for your information, kedua film itu nggak ada hubungannya sama sekali, bukan sekuel dan disutradarai oleh orang yang berbeda juga.

Bener nggak sih kalau judul dari suatu film akan mempengaruhi tingkat mood calon penonton buat beli tiket untuk film itu?

Aku tuh orang yang suka banget nonton film, bahkan bisa seminggu sekali, pokoknya uang jajan abis ke tiket nonton aja. But sorry to say, aku jarang nonton film indonesia. Aku sih yakin banyak dari kalian juga sama dengan aku. Iya nggak?

Jangan terlalu cepat untuk bilang “ah lo nggak cinta sama film lokal”, baca sampe abis dulu yaa.

Menurut aku, film indonesia tuh kebanyakan nanggung, nggak total. Contohnya, buat film horror tapi kurang serem, buat film komedi tapi kurang lucu, bikin film action tapi kurang greget. Jadi flat aja gitu nontonnya.

Bahkan indonesia punya genre ‘horror comedy’ dan ‘horror pornografi’. Nanggung banget nggak sih? Kebayang nggak gimana mood kita kalau lagi nonton setengah horror setengah komedi? Ntar tiba-tiba teriak tiba-tiba ketawa, heran kan? Au ah. Horror pornografi? Ya udah pada tau deh yaa, dengan Nikita Mirzani, Julia Perez atau Dewi Persik yang jadi pemainnya.

Aku yakin ketidaktertarikan terhadap film lokal ini nggak cuma aku yang rasain. Aku masih ingat cerita 2013 lalu, ketika nonton film indonesia dan yang nonton Cuma 5 orang, disitu aku berasa abis nyewa satu bioskop, lo mau pindah dari seat A ke L juga ngga masalah, mau tiduran juga boleh. Dan bener aja, pas filmnya selesai tayang, ternyata yang nonton cuma 30rb orang. Bahkan ditahun yang sama, ada film yang Cuma ditonton 12rb orang.

Coba kita telaah dimana letak kesalahannya yaa.

Apakah karena budget yang minim? Ya seharusnya kalau udah tau gitu nggak usah maksain buat film. Tapi dengan budget yang minim ternyata bisa jadi film yang keren juga loo, 12 angry man contohnya, searching aja film nya. Yang aku pikirkan sih, mereka bikin film Cuma untung-untungan aja, laku ya alhamdulillah, kalau enggak ya paling dijual ke TV swasta biar balik modal, nah dengan latar belakang kaya gitu kita masih dihantui oleh “ah lo ngga cinta sama film lokal”.

Budget yang besarpun kalau nggak ada ide yang bagus juga nggak akan jadi film yang bakal ditonton banyak orang. Ya paling penonton hanya disuguhi editing yang keren, ledakan dimana-mana, tanpa tau apa alur ceritanya.

Ya tapi terlepas dari itu semua, perfilman indonesia sekarang jauh lebih lumayan sih, InsyaAllah sih nggak ada yang penontonnya dibawah 100rb lagi. Masih banyak kok film indonesia yang bagus, The raid, Habibie Ainun, Comic 8, banyak deh.

Aku nulis ini bukan untuk menjatuhkan film indonesia yaa, tapi untuk menyadarkan aja, dan semoga kedepannya perfilman indonesia bisa lebih bagus lagi, masa kita harus nunggu setahun sekali untuk nonton film indonesia yang keren? Ayo dong buat kita bilang “duh hari ini nonton yang mana dulu yaa? Keren semua nih.” Semoga bisa terjadi. Amin.

Maju selalu perfilman Indonesia.

07.58

Tentang Mantan

Sebelumnya aku mau nanya, ada yang janggal nggak sih ketika pacar kalian nanya “kamu punya mantan berapa? Siapa aja namanya? Trus udah ngapain aja sama mereka?” janggal nggak sih? Menurut aku, itu sama aja kaya kita nanya ke dia “eh ukuran BH mu berapa sih?” keliatan intinya?.

Ya tadi aku iseng nanya ke doi kaya gitu, dan dia jawab semuanya, dia sebutin jumlah mantannya, siapa aja, dan ngapaain aja. Sampai ke pertanyaan ketiga, aku stop, ya gila aja kalau dia beneran mau ceritain gimana aja dia sama mantannya, terus aku yang dengerin harus sambil bayangin hal-hal yang nggak pengen aku bayangin gitu? -_-. Dan iseng aku nanya lagi “kok kamu mau ceritain itu semua sih?” dia jawab, “ya kan kamu nanya, ya aku jawablah”. BUSET!!! Pengen banget langsung nanya “OH GITU, UKURAN BH LO BERAPA YAAAAAA???”

Ini Cuma aku aja atau ada yang pernah juga nggak sih antara kalian dan pacar kalian bahas tentang mantan? Bahkan sampai ke pertanyaan “terus udah pernah ngapain aja sama mantanmu yang itu?” pasti ujungnya berantem sih. Bahkan ada yang sampe putus.

Ya karena emang terlalu sensitif untuk bahas mantan di hubungan yang sekarang, bahkan ada yang sampe banding-bandingin pacarnya dengan mantannya, “kamu kok ngupilnya pakai jari telunjuk sih? Mantanku yang sebelumnya pakai kelingking, gimana sih kamu”, makanya sebelum jadian tanya dulu “kamu kalau ngupil pakai jari apa?”.

Karena pembahasan tadi, aku jadi kepikiran tentang mantan, apa kabar ya mereka? Haha. Eh ingat ya, bahas mantan bukan berarti belum move on, itu stigma yang salah.

Mantan juga sering di cap negatif, liat aja di sosial media. Ada yang ngatain mantan itu sampah, buanglah mantan pada tempatnya, lebih baik ketemu setan dari pada ketemu mantan. Halah. Padahal kalau jumpa mantan masih suka minta jatah.

Sadar nggak sih kalau mantan itu buat kalian semakin baik di hubungan yang sekarang? Ya kecuali kalian jatuh kelubang yang sama, contohnya dulu putus karena dia kaya anak-anak, trus besoknya pacaran sama anak SMP. Ya sama aja.

Kadang suka aneh ngeliat siklus pacaran disekitar kita, kaya gini nih siklusnya : PDKT – Jadian – pacaran – putus – musuhan - ~~bunuh2an~~. Ya emang nggak semua sih yang kaya gitu, tapi bisa dibilang kebanyakan begitu. Ntah kenapa setelah putus itu harus musuhan, kan bisa balikan.

Nah ngomong-ngomong tentang balikan, seseorang yang terlibat dalam percakapan di paragraf kedua juga pernah bilang “balikan sama mantan itu ibarat remedial, jadi biarpun udah remedial nilainya pas-pasan” coba deh cermati dulu kalimat itu. Entah gimana caranya dia menganalogikan balikan dengan remedial. Nggak ada korelasinya sama sekali.

Tentang balikan sama mantan, udah pernah aku tulis disini : Haruskah balikan sama mantan.

Ada satu lagi fakta tentang mantan yang sangat fenomenal “Mantan jadi lebih cakep”, entah kenapa. Iya nggak sih? Terutama yang cowok-cowok nih, pas mau putus berasa jijik banget ngeliatnya, tapi pas udah putus jadi lebih cakep aja gitu. Bahkan ada yang sampe ngajak balikan mantannya Cuma karena fenomena ini, trus pas udah balikan dia nyadar “lah, perasaan kemarin masih cakep dah, kok sekarang jadi beda yaa?” sukurin lo.

Intinya sih, mantan itu emang untuk dilupain, tapi bukan untuk dimusuhin. okesip.

Juang's Blog

Hari sabtu yang bahagia

Tentang Jaim

I'm Back

Tentang Menjaga Perasaan

Tentang Mencintai

Tentang Film Indonesia

Tentang Mantan

Cari Blog Ini

About me

Popular Posts

Arsip Blog

Labels

Visitors

Flickr Images