Sinopsis Film
Sinopsis Bullet To The Head
01.48
Seperti halnya Arnold Schwarzenegger dalam The Last Stand,
Bruce Willis dalam A Good Day to Die Hard serta Jason Statham dalam Parker,
Bullet to the Head kembali menempatkan Sylvester Stallone sebagai seorang
bintang utama dalam sebuah film yang berasal dari genre yang telah begitu
membuat namanya menjadi begitu melegenda. Stallone sendiri jelas memiliki
jangkauan akting yang paling baik diantara rekan-rekannya di franchise The
Expendables tersebut. Kualitas itulah yang kemudian mampu membuat karakter yang
ia perankan tidak terlihat begitu dipaksakan kehadiran dan ketangguhannya di
dalam jalan cerita Bullet to the Head. Ditambah dengan kualitas pengarahan
Walter Hill (48 Hrs., 1982) yang masih cukup handal, Bullet to the Head mampu
tampil menjadi sebuah film aksi ringan yang menghibur meskipun dengan berbagai
kelemahan di sudut penceritannya.
Dengan naskah cerita yang ditulis oleh Alessandro Camon (The
Messenger, 2009) berdasarkan novel
grafis berjudul Du Plomb Dans La TĂȘte karya Alexis Nolent, Bullet to the Head
berkisah mengenai seorang pembunuh bayaran bernama Jimmy Bonomo (Stallone) yang
baru saja dikhianati oleh orang-orang yang telah menyewanya dan mengakibatkan
rekan kerjanya, Louis Blanchard (Jon Seda), kemudian terbunuh oleh seorang
pembunuh berdarah dingin yang dikenal dengan nama Keegan (Jason Momoa).
Kedekatan yang selama ini telah ia jalin bersama Louis tentu saja kemudian
membuat Jimmy merasa berang sekaligus kehilangan dan bersumpah bahwa ia akan
membalas kematian reka kerjanya tersebut.
Tidak lama setelah kejadian tersebut, Jimmy kemudian
dihubungi oleh seorang detektif bernama Taylor Kwon (Sung Kang) yang berniat
untuk menginvestigasi kematian seorang mantan rekan kerjanya, Hank Greely (Holt
McCallany). Taylor sendiri menduga bahwa kematian Hank dan Louis yang terjadi
dalam waktu yang berdekatan memiliki sebuah hubungan yang kuat dan berusaha
mendekati Jimmy agar mau bekerjasama dengan dirinya. Walau awalnya merasa tidak
tertarik akibat rasa tidak sukanya terhadap para anggota kepolisian, namun
Jimmy kemudian mulai menerima kehadiran Taylor dan bersama mulai mengusut
mengenai misteri siapa orang yang berada di balik kedua pembunuhan tersebut.
Salah satu elemen terkuat dari Bullet to the Head jelas
berada pada penulisan naskah film ini. Meskipun harus diakui masih memiliki
cukup banyak kekurangan, khususnya di bagian pengembangan beberapa karakter
antagonis yang seharusnya mampu ditampilkan lebih mendalam lagi, namun
Alessandro Camon jelas terlihat tidak pernah berusaha untuk menampilkan Bullet
to the Head menjadi sebuah film aksi dengan kapasitas cerita maupun tampilan
karakter yang berlebihan. Alur cerita mengenai usaha untuk menghadapi sang
karakter antagonis utama dengan menghadapi karakter-karakter pendukung terlebih
dahulu jelas merupakan sebuah format penceritaan aksi yang tradisional.
Begitupun, Camon mampu meramunya menjadi sebuah penceritaan yang meskipun
ringan dan jelas akan mudah dilupakan namun akan berhasil memberikan
momen-momen aksi hiburan yang kuat selama film ini berjalan.
Walter Hill sendiri terlihat seperti mencoba mengulang
kesuksesan duo karakter 48 Hrs. yang diperankan Eddie Murphy dan Nick Nolte
dalam memasangkan Sylvester Stallone dan Sung Kang. Elemen tersebut mungkin
akan semakin terasa setelah melihat banyaknya guyonan bernada rasial yang
saling dilontarkan antar kedua karakter yang diperankan Stallone dan Kang.
Meskipun kehadiran deretan guyonan tersebut akan mampu menghasilkan momen-momen
hiburan tambahan dalam penceritaan Bullet to the Head, namun sayangnya
chemistry yang dihadirkan oleh Stallone dan Kang untuk karakter yang mereka
perankan tidak pernah mampu tampil kuat dan meyakinkan. Jangan salah, keduanya
tampil meyakinkan dalam menghidupkan peran mereka. Namun chemistry keduanyalah
yang tampil terlalu datar dan kurang kuat.
Kelemahan naskah cerita Bullet to the Head yang berada
kurangnya penggalian elemen cerita pada banyak karakter pendukungnya harus
diakui membuat banyak pemeran pendukung tidak dapat berbuat banyak untuk
menghidupkan karakter mereka. Nama-nama seperti Jason Momoa, Sarah Shahi,
Adewale Akinnuoye-Agbaje hingga Christian Slater otomatis hanya berperan sesuai
dengan porsi karakter yang mereka mainkan tanpa pernah diberikan kesempatan
untuk membuat kehadiran karakter pendukung tersebut lebih berarti – walaupun
pada bagian penceritaannya, banyak diantara karakter pendukung tersebut memegang
peranan vital pada jalan cerita secara keseluruhan.
Bullet to the Head memang akan berjalan sesuai dengan
ekspektasi dari setiap penggemar film-film sejenis – sebuah film yang berisi
banyak adegan bernuansa kekerasan dan darah dengan dorongan adegan aksi yang kuat. Tidak lebih. Meskipun terdapat
banyak kekurangan pada pengembangan karakter dan beberapa sudut penceritaannya,
namun tidak dapat disangkal bahwa kharisma Sylvester Stallone yang kuat sebagai
seorang bintang film-film aksi masih mampu dapat terasa dengan kuat di film
ini. Ditambah dengan kemampuan Walter Hill untuk menghasilkan ritme penceritaan
cerita yang tepat dan begitu terjaga dengan baik, Bullet to the Head mampu
menjadi sebuah film aksi yang begitu menghibur.
0 komentar