Jambu Pak Haji

Bagi gue. Kenakalan masa kecil yang nggak terlupakan adalah saat gue nyolong jambu klutuk di kebon pak haji. Sebuah kebon yang sangat luas...


Bagi gue. Kenakalan masa kecil yang nggak terlupakan adalah saat gue nyolong jambu klutuk di kebon pak haji. Sebuah kebon yang sangat luas dan apabila kita masuk ke dalamnya, kita akan 

tersesat dan mati digigit nyamuk segede babon. Gue beraksi nggak sendirian karena waktu itu ada Ari, temen sepermainan gue yang memiliki tingkat kenakalan hampir sama dngan bayi gorila, dam selalu setia menemani gue.

Adalah suatu tindakan nekat bagi anakseumuran gue, yang saat itu masih kelas 4 SD, untuk berbut kriminal.

Awalnya, gue sedikit gentar karena dari isu yang beredar, tersiar gosip bahwa pak haji itu orangnya galak, dia nggak segan-segan melempar dengan pacil kepala anak yang tertangkap basah nyolong jambu di kebonnya.

“Nanti klo kita bener-bener dilempar pacul gimana.?” Tanya gue.
“Ju, kita ini jagoan, masak sama pak haji aja takut” ari menyemangati gue yang udah kalah sebelum berperang.
“gue Bukan takut sama pak haji, gue Cuma takut klo pak haji kalap terus ngelempar pacul ke kepala kita”
“.....”
“bisa geser otak permanen gue”
“itu sama aja panjul. Eh, gue bilangin ya.... klo siang hari kayak gini pak haji nggak ada di kebon, paling juga dia lagi tidur dirumahnya. Percaya deh sama gue” ari lagi-lagi meyakinkan
“yakin loe kita nggak bakal ketauan.?”
“enggah sih” ari mulai minta di gampar.

Dan dengan modal nekat. Kami dua orang anak yang masih duduk di bangku sekolahan SD membulatkan tekad untuk beraksi.

Maka, selincah monyet-monyet di TV, kami masuk kedalam kebon. Setelah melewati tantangan panjang dengan nyamuk-nyamuk yang gedenya kayak tawon, gue dan ari langsung berbagi tugas dan langsung melaksanakannya. Gue kebagian jaga dibawah, sedangkan ari manjat pohon.

Mata gue joget itik, eh bukan itu. Mata gue ngelirik kanan dan ke kiri untuk memastikan gak ada
 orang. Jantung gue berdetak kencang seperti benderang yang mau perang. Itu kaya lagunya Ahmad Dhani. Mungkin ini yang disebut adrenaline junkies. Jangan tanya gue artinya, kamus bahas inggris gue ilang. Di satu sisi gue takut ketauan pak haji, di sisi lain gue bahagia dan sangat menikmati acara yeng menegangkan ini. Gue juga gak sabar mau makan jambu hasil pekerjaan kami.

“Ju, tangkep yah!” suara ari mengagetkan lamunan gue.
“oke cepetan”
Gue menengadahkan tangan.
“satu dua...” ari menghitung maju.
Dengan posisi seperti kiper spanyol yang fenomenal itu. Acara menangkap jambu ini semakin dramatis ditambah suara ngiungan nyamuk di sekitar kami.
“ngggiiiuungg...... ngggiiiunggg” suara nyamuk menambah ketegangan gue. Mungkin dia berusaha menasehati kami dengan bahasa nyamuknya “hei juang, jangan curi jambu itu” gue semakin berkonsentrasi untuk menangkap jambu. Gue menunggu aba-aba selanjutnya dari ari.
“TIGA!!”

Di hitungan ketiga itu, ari melemparkan semua jambu klutuk ke muka gue dengan sangat tidak berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
“WOI, BIASA AJA DONG LOE” gue teriak, nggak nyangka si ari dengan begitu semangatnya nimpukin muka gue make jambu klutuk yang barru dipetik. Gue bisa meninggal gara gara itu. Trus masuk koran, gak enak banget masuk koran dengan kasus seperti itu ntr masuk koran Medan, muka lebam gue berada di halaman awal dengan judul “Anak SD Meninggal oleh hantaman jambu klutuk yang hendak di curinya di rumah pak haji” buset, bisa gak tenang gue di alam sana. Ingin rasanya kembali ke dunia dan membeli semua koran tersebut, agar gak nyampe ke orang lain.
“Tangkep Ju” Ari makin menggila.
“Aduh.” Gue mengelus-elus lembut jidat gue yang sedikit benjol akibat perbuatan ari yang tidak senonoh. Pasalnya, beberapa puluh detik yang lalu sebuah jambu klutuk keras berwarna hijau mendarat dengan sangat mulusnya di jidat gue yang abis di gigit nyamuk itu.

“WOI RI, SANTAI. KLO NGELEMPAR SATU-SATU DONG, BIAR GUE GAMPANG NANGKEPNYA” Gue mencak-mencak.

Ari nyengir domba shaun the sheep di atas pohon.. lalu masang muka bayi suci yang tak berdosa.
 “siapa itu.?”
Sayup-sayup terdengar teriakan orang.
Feeling gue berkata. “hmm, kayaknya sih suara pak haji? Tapi gak mungkin, ah. Kata ari klo siang-siang begini pak haji lagi tidur cantik di rumahnya.”
“SIAPA ITU?” suara itu makin mendekat
Gue memandang ari
Ari memandang Gue
Nyamuk Sekeliling makin meng-Ngiungkan suaranya menambah moment yang tidak mengenakkan ini. Sepertinya nyamuk-nyamuk itu meng-Ngiung kesenangan karna kami ketauan “tuh kan, mampus loe kan, ketauan loe sekarang”
“sepertinya nyawa kita terancam nih ju” kata ari sambil buru-buru turun dari pohon. Gue masih bingung apa yang terjadi, gua gatau ini apa, gue gatau ini dimana, gue gatau gue siapa, gue gatau harus berbuat apa.
“SIAPA ITU!!!” Suara itu makin jelas sekarang. Pak haji dengan garangnya nge-gap gue dan ari yang lagi nyolong jambu klutuk di kebonnya
Gue memandang ari penuh kepanikan.

Ari memandang gue dengan tatapan yang mungkin klo diterjemahkan ke dalam kalimat akan berbunyi seperti ini “oh bumi, telanlah daku hidup-hidup”

“jadi elo berdua yang suka ngembat jambu di kebon gua?” pak haji menatap kami dengan penuh ke palakan. Keliatan dari mukanya, udah kaya haji muhidin.
“ampun pak haji...” ari minta maaf. Mukanya pucet.

Naluri menyelamatkan diri gue mulai tumbuh, nth kenapa tiba tiba seluruh syaraf dalam otak gue bekerja dengan pekerjaannya masing masing, tulang gue bergerak dengan sendirinya. Dengan tingkat kecepatan yang hampir menyamai atlet olimpiade athena, gue tanpa pikir 2x10 langsung meninggalkan ari yang tengah syok menatap pak haji.

“kabur riiii....”teriak gue.
Nggak lama, ari ikut lari. Tinggal pak haji yang ketar-ketir ngejar kami. Bagai dua atlet olimpiade yang selalu menggunakan jurus macan laper sebagai pemacu motivasi, gue dan ari kini berada jauh dalam jangkauan pak haji. Bayangin aja, dua anak kecil kelas 4 SD di kejar pak haji yang lumayan udah tua. Alhasil dia encok setelah lari lima langkah. Maafkan kami pak haji, bukan maksud kami menyakitimu.

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images