Sinopsis Man Of Steel

Pertanyaan terbesar bagi kehadiran Man of Steel adalah jelas: Apakah keberadaan Christopher Nolan di belakang karakter pahlawan milik DC Co...

Man of Steel (Warner Bros./Legendary Pictures/A Syncopy Production/DC Entertainment/Third Act Productions, 2013)Pertanyaan terbesar bagi kehadiran Man of Steel adalah jelas: Apakah keberadaan Christopher Nolan di belakang karakter pahlawan milik DC Comics ini mampu memanusiawikan karakter Superman seperti halnya yang pernah ia lakukan pada Batman melalui trilogi The Dark Knight (2005 – 2012)? Well… it works… at times. Bersama dengan penulis naskah David S. Goyer – yang juga merupakan penulis naskah dari trilogi The Dark Knight, Nolan mampu menyajikan sosok Kal-El/Clark Kent/Superman sebagai sosok yang membumi – meskipun Man of Steel dengan jelas menonjolkan sang pahlawan sebagai seorang yang asing di muka Bumi. Arahan sutradara Zack Snyder juga cukup berhasil membuat Man of Steel hadir sebagai sebuah presentasi film aksi yang mumpuni. Namun, dalam perjalanan untuk mengisahkan kembali masa lalu serta berbagai problema kepribadian yang dimiliki oleh Kal-El/Clark Kent/Superman tersebut, Man of Steel sayangnya hadir dengan karakter-karakter yang kurang tergali dengan baik, alur penceritaan yang terburu-buru serta – seperti kebanyakan film arahan Snyder lainnya, berusaha berbicara terlalu banyak namun gagal tereksekusi dengan baik.

Man of Steel is the Batman Begins of this newly rejuvenated franchise. So it’s basically Superman Begins. A new beginning. A reboot. Dikisahkan, Superman, yang oleh orangtua kandungnya, Jor-El (Russell Crowe) dan Lara Lor-Van (Ayelet Zurer), diberi nama Kal-El, terlahir di sebuah planet bernama Krypton di masa-masa planet tersebut sedang menghadapi dua masalah besar: Krypton berada di ambang kehancuran dan pimpinan militer planet tersebut, General Zod (Michael Shannon), sedang melakukan kudeta terhadap para pemimpin planet – yang kemudian berusaha digagalkan Jor-El. Jor-El dan Lara Lor-Van sendiri kemudian mengirimkan Kal-El ke Bumi demi keselamatan sang anak. General Zod yang mengetahui rencana tersebut kemudian bersumpah untuk mencari Kal-El dan membalaskan dendamnya.

Sesampainya di Bumi, Kal-El kemudian diadopsi oleh pasangan petani, Jonathan (Kevin Costner) dan Martha Kent (Diane Lane), dan memberinya nama Clark Kent (Cooper Timberline/Dylan Sprayberry/Henry Cavill). Meskipun Pa Kent berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikan identitas Clark Kent yang sesungguhnya, namun secara perlahan, Clark Kent mulai menyadari bahwa dirinya memiliki sebuah kekuatan berbeda dari manusia biasa yang sekaligus membuatnya terasing dari pergaulan luas. Dari titik tersebut, Clark Kent memulai perjalanan untuk mulai mencari siapa jati dirinya yang sesungguhnya. Di saat yang bersamaan, General Zod akhirnya bisa mengendus lokasi keberadaan sosok yang paling dicarinya selama ini dan mulai mengerahkan pasukannya untuk menangkap Kal-El/Clark Kent.
 Man-of-Steel-header
Momen-momen keemasan Man of Steel jelas berada di bagian awal dan akhir film – plot yang bercerita mengenai kondisi planet Krypton serta momen ketika Superman akhirnya berhadapan dengan General Zod. Sementara itu, bagian pertengahan film, yang seharusnya menjadi elemen krusial bagi pembangunan ikatan emosional jalan cerita film ini kepada para penontonnya, hadir dengan penceritaan yang kurang mampu tertata dengan baik. Bagian tersebut memang dihadirkan sebagai alat untuk penyampaian kisah mengenai bagaimana karakter Clark Kent menjalani masa pertumbuhannya sebagai warga Bumi serta perkembangan psikologis sang pahlawan dalam menemukan kekuatannya. Sayangnya, Man of Steel seperti berusaha untuk merangkum banyak kisah kehidupan sang karakter namun gagal untuk dipresentasikan dengan memuaskan – lebih sering terasa sebagai kilasan kehidupan karakter Clark Kent daripada sebagai sebagai sebuah narasi lengkap. Sebuah keterburu-buruan yang menghilangkan kesempatan penonton untuk mengenal karakter Superman secara lebih mendalam sekaligus meminimalisir keterlibatan Kevin Costner dan Diane Lane yang sebenarnya tampil cukup emosional di dalam jalan cerita.

Jalan cerita Man of Steel mulai terasa kembali terorganisir dengan cukup baik ketika film ini beralih pada paruh ketiga penceritaan dimana karakter Superman dan General Zod akhirnya saling berhadapan. Meskipun terdapat beberapa inkonsistensi – karakter Superman menyarankan seorang penduduk untuk masuk ke rumahnya agar lebih aman namun di saat yang sama kemudian dengan leluasa menghancurkan berbagai gedung yang pastinya berisi banyak umat manusia saat ia sedang bertarung dengan General Zod, namun Snyder mampu menggambarkan berbagai kekacauan yang hadir di sepanjang adegan pertarungan tersebut dengan baik sekaligus meningkatkan intensitas jalan cerita yang terlanjur melempem di paruh kedua. Dukungan tata sinematografi arahan Amir Mokri dan tata musik Hans Zimmer – yang terdengar begitu familiar – juga semakin mendukung kepadatan intensitas film ini.

Berbicara mengenai pengarahan Snyder… well… rasanya sangat jelas bahwa Snyder dalam Man of Steel terkesan hanyalah sebagai boneka bagi Christopher Nolan: ia cukup bertugas sebagai pengeksekusi dari berbagai langkah penceritaan yang telah disediakan Nolan dan David S. Goyer untuknya – yang sebenarnya juga mengikuti deretan pola penceritaan mereka pada trilogi The Dark Knight terdahulu. Mereka yang mengikuti karir Snyder pasti dapat merasakan bahwa Snyder meninggalkan seluruh gaya khas pengarahan filmnya. Di sisi lain, melihat kehadiran Snyder tanpa berbagai ciri khas visual pengarahannya, bukankah adalah sangat miris untuk menyadari bahwa Snyder adalah seorang sutradara dengan visi serta kemampuan pengarahan cerita yang… dangkal?

Henry Cavill sendiri memberikan penampilan yang sangat memuaskan sebagai Clark Kent/Superman. Tidak hanya memiliki penampilan fisik yang tampan sekaligus gagah, Cavill juga mampu menghadirkan kharisma seorang good old fashioned boy next door yang memang telah menjadi karakteristik seorang Clark Kent/Superman secara alami. Kemampuan akting Cavill juga jelas tidak mengecewakan – ia mampu menghidupkan karakter yang ia perankan dengan baik tanpa pernah terasa berlebihan dalam menginterpretasikan sosok pahlawan super yang ia bawakan. Kombinasi kualitas tersebut secara mudah menjadikan Cavill sebagai pemeran Clark Kent/Superman yang paling berkharisma setelah Christopher Reeve.

Penampilan Cavill di departemen akting juga didukung dengan nama-nama yang jelas tidak perlu diragukan lagi kualitasnya. Sebagai karakter antagonis utama, Michael Shannon berhasil hadir dengan penampilan watak yang memikat. Terkesan seperti penampilan kelas dua dari karakter John Givings yang ia perankan di Revolutionary Road (2008) but still… it works. Meskipun hadir dalam porsi penceritaan yang terbatas, Kevin Costner dan Diane Lane mampu memberikan penampilan yang cukup emosional. Sama halnya dengan Amy Adams, yang seperti biasa, dengan mudah menyerap masuk ke dalam setiap karakter yang ia perankan – meskipun harus diakui chemistry yang ia jalin bersama Cavill masih terasa goyah di beberapa bagian. Russell Crowe juga tidak mengecewakan dalam perannya sebagai Jor-El walaupun harus diakui masih sering terlihat datar sementara Lauren Fishburne sayangnya tampil begitu sia-sia dengan perannya sebagai Perry White yang begitu terbatas ruang gerak dan perannya.


Mungkin jika Christopher Nolan dan David S. Goyer tidak terlalu bergantung dengan formula penceritaan yang telah pernah diaplikasikan sebelumnya oleh trilogi The Dark Knight dan memberikan ruang gerak yang lebih luas pada Zack Snyder, Man of Steel akan mampu tampil lebih mengesankan. Kecuali pada pendekatan yang lebih mengarah sebagai sebuah petualangan fiksi ilmiah, Man of Steel nyaris sama sekali tidak memberikan sesuatu yang baru pada presentasi ceritanya. Pemilihan Henry Cavill sebagai pemeran Clark Kent/Superman jelas layak untuk mendapatkan kredit lebih – hal yang sama juga berlaku dengan pemilihan deretan pengisi jajaran pemeran lainnya. Namun pengelolaan drama tentang pergulatan masa lalu sang pahlawan super yang berjalan terlalu datar dengan karakter-karakter pendukung yang kurang mampu tergali dengan baik yang akhirnya membuat Man of Steel terasa begitu dingin layaknya… well… potongan logam besi. Sebuah usaha yang kuat… tetapi masih belum mampu untuk tampil istimewa.

You Might Also Like

0 komentar

Flickr Images