Sinopsis Film
Review : Warm Bodies
06.26
Setelah petualangan The Twilight Saga (2008 – 2012) resmi
berakhir – yang diiringi dengan keriuhan nafas lega dari banyak orang –
Hollywood sepertinya masih mencoba untuk mencari ladang uang pengganti dari
franchise yang telah menghasilkan pendapatan lebih dari US$3 milyar dari
seluruh dunia selama masa perilisannya tersebut. Well… Warm Bodies mungkin akan
menjadi salah satu kontender tepat untuk menggantikan posisi The Twilight Saga.
Tidak hanya memiliki formula yang hampir serupa – namun mengganti posisi vampir
dengan zombie, Warm Bodies juga memulai perjalanannya dengan sentuhan tepat
dari Jonathan Levine (50/50, 2011) yang mampu memberikan film ini kehangatan
kisah percintaan komedi romantis klasik namun tetap mampu tampil cerdas
sehingga akan berhasil dinikmati oleh penonton dalam jangkauan yang lebih luas.
Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Isaac Marion, Warm
Bodies berlatar belakang waktu di masa depan dimana Bumi telah dikuasai oleh
para zombie dan manusia kini telah tersingkir ke daerah pinggiran namun tetap
terus berjuang untuk mengembalikan kondisi Bumi seperti dahulu kala. Fokus
cerita film ini sendiri berada pada salah satu karakter zombie, R (Nicholas
Hoult). Ia hanya memiliki huruf R sebagai identitasnya karena dirinya sama
sekali tidak mengingat namanya terdahulu semasa ia masih hidup. Kisah film ini
kemudian akan disajikan melalui suara yang berada di jalan pemikiran R –
mengingat, tidak seperti para vampir, zombie tidak memiliki kemampuan untuk
memancarkan sinar dari tubuhnya ketika terkena cahaya. Dan juga sama sekali
tidak dapat berbicara satu sama lain.
Anyway… R adalah sosok zombie yang merasa bahwa dirinya
tidak berada dalam komunitas yang sesuai dengan dirinya. Berbeda dengan para
zombie lainnya, R memiliki rasa keingintahuan yang luas mengenai dunia serta
hasrat untuk menjadi lebih hidup dalam kesehariannya. Dan ketika takdir
mempertemukan dirinya dengan seorang gadis (manusia) cantik bernama Julie
(Teresa Palmer – the Kristen Stewart of this movie, by the way)… kehidupan R
mulai berubah secara seketika. Walau awalnya, layaknya para manusia lain, Julie
memiliki rasa takut terhadap R, namun secara perlahan Julie mampu merasa bahwa
R berbeda dengan para zombie lainnya. Hubungan natara keduanya mulai
menghangat… yang kemudian memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
komposisi hubungan antara manusia dengan para zombie.
Sama seperti yang ia tunjukkan dalam 50/50, Jonathan Levine
kembali berhasil menampilkan kemampuannya dalam menggarap deretan dialog yang
begitu menggigit dan sangat, sangat menghibur di sepanjang penceritaan Warm
Bodies. Dialog-dialog witty inilah yang menjadi senjata terkuat bagi film ini
dalam meluluhkan hati setiap penontonnya. Tak lupa, Levine juga berhasil
menggarap dua karakter utama film ini menjadi dua karakter yang sangat mudah
untuk disukai dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan sisi
penceritaan personalnya masing-masing namun sama sekali tidak pernah terlihat
mengubur eksistensi karakter lainnya.
Kisah cinta yang ditawarkan dalam Warm Bodies jelas bukanlah
sebuah presentasi yang sama sekali baru. Namun, formula familiar yang dibawakan
oleh film ini secara cerdas berhasil dikelola oleh Levine melalui deretan
dialog yang witty, karakter-karakter yang begitu mudah untuk disukai serta…
kemampuan Levine untuk mengumpulkan deretan lagu-lagu pengiring yang
benar-benar mampu mengangkat setiap sisi emosional maupun menyerap sisi
penceritaan secara sempurna. Secara bergantian, Levine menghadirkan lagu-lagu
dari Bob Dylan, Bruce Springsteen hingga Guns ‘N Roses yang kadangkala berguna
untuk menggantikan posisi dialog antara para karakternya. Pun begitu, pada
beberapa bagian, terlalu banyaknya penggunaan lagu untuk mengisi setiap adegan
di film ini kadang membuat Levine menjadi terlihat kurang percaya diri dengan
naskah cerita yang telah ia hasilkan.
Dari departemen akting, Nicholas Hoult jelas tampil begitu
memikat sebagai sang karakter utama, R. Tidak dipungkiri, dialog-dialog witty
yang diberikan kebanyakan pada dialog yang ia perankan mungkin telah berhasil
membuat pekerjaan Hoult untuk memerankan R menjadi lebih ringan. Namun, jelas
juga tidak dapat disangkal bahwa kemampuan Hoult untuk berperan sebagai seorang
zombie juga sangat mengesankan. Chemistry antara dirinya dengan Teresa Palmer
juga mampu tampil meyakinkan. Para aktor pendukung lainnya juga mampu tampil
solid, khususnya Rob Corddry yang sepertinya selalu berhasil mencuri perhatian
setiap karakternya berada dalam penceritaan film.
Tidak seperti kebanyakan seri dalam franchise The Twilight Saga
yang terlihat terlalu berusaha keras untuk tampil romantis, Warm Bodies justru
memanfaatkan ide konyol mengenai percintaan antara manusia dengan seorang
zombie secara ringan dan jauh dari kesan serius. Keberhasilan Jonathan Levine
untuk mengelola kisah tersebut menjadi sebuah jalan penceritaan romansa yang
hangat – termasuk dengan menghadirkan referensi sastra karya William
Shakespeare, Romeo and Juliet, di beberapa bagian kisahnya, serta deretan
lagu-lagu pengiring yang begitu mampu mewakili banyak plot cerita film juga
menjadi faktor esensial mengapa daya tarik Warm Bodies menjadi begitu sukar
untuk ditolak. Ringan namun begitu hangat dalam bercerita, Warm Bodies jelas
telah menjadi langkah awal yang tepat jika Hollywood ingin mengembangkan film
ini menjadi sebuah franchise.
0 komentar