Masih Ada SBMPTN

Penolakan apa yang paling bikin kalian sakit hati? ditolak pacar? ditolak masuk club karena lupa bawa KTP? sudah biasa. Ini cerita penolakan...

Penolakan apa yang paling bikin kalian sakit hati? ditolak pacar? ditolak masuk club karena lupa bawa KTP? sudah biasa. Ini cerita penolakan yang paling menyakitkan menurutku. 


Setelah UN, pastilah banyak anak SMA  kelas 3 yang menunggu-nunggu tanggal 9 Mei, tepatnya jam 17.00 WIB. Pasalnya, hari itu adalah hari yang menentukan masa depan kamu. Hari itu juga akan menentukan apakah kamu besoknya akan tidur-tiduran seharian, atau kerja keras menimba ilmu. 

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri atau biasa disingkat SNMPTN. Seleksi dimana kamu nggak harus capek-capek test untuk masuk ke Universitas Negri. Seleksi yang mengandalkan nilai rapot dan prestasi lainnya. Nggak heran banyak pelajar yang sangat berharap untuk lulus jalur ini. Selain nggak perlu testing, biaya kuliahnya juga murah. 

Apa yang terjadi sama aku? ini ceritaku. 

Dilihat dari gerak-gerik cara penulisanku yang kaku diatas, mencerminkan kekecewaan. Kekecewaan apalagi kalau bukan nggak lulus SNMPTN. Tepat jam 5 sore aku langsung buka pengumuman, dan muncul sebuah kalimat yang bikin jantungku berhenti beberap detik. Tanpa kata 'maaf"', ini yang mereka katakan : "Anda dinyatakan tidak lulus SNMPTN" dan yang lebih parahnya, tulisan itu dilatar belakangi warna merah. Pedas. 

Hal yang selanjutnya aku lakukan adalah melihat cermin, berkata dalam hati, "Dimana Letak Kesalahanku?" Otak mendengar perkataan hati dan membantu mencari jawaban. Secara otomatis, otak bekerja cepat mencari kemungkinan-kemungkinan terburuk. Berikut hipotesa dari buah pikiranku : 
1. Salah pilih jurusan.
2. Nggak ikut TPBI
3. Kalah saing. 

Selanjutnya, Raga yang bekerja untuk memenuhi rasa penasaran hati. Pastikan ketiga hipotesa tersebut. Cari siapa yang lulus di jurusan yg aku pilih, T.sipil. Tercium satu nama, Fahmi Sentosa. Lulus jurusan T.sipil di USU. persis juga dengan Universitas yang aku pilih. 

Setelah mengintrogasi, dapat disimpulkan bahwa hipotesa nomor 2 tidak benar karena Fahmi juga tidak ikut TPBI. buat yg belum tau, TPBI adalah test penjajakan bakat dan ilmu, indikator untuk masuk ke univ tertentu, USU salah satunya.  Hipotesa no 1 juga tidak bisa dibuktikan karena nilai kami mirip. Lalu apa? apakah aku benar-benar kalah saing? Aku akui dia lebih pintar, kami sudah sekelas sejak kelas 1. Dan saat itu, aku yang ranking 29 hanya bisa tertunduk melihat dia yg ranking 3. 

Setelah hati sudah mendapat jawaban, tampaknya ia tidak puas dengan jawaban tersebut. Lalu, hatiku memaksa untuk menyesal, sungguh ini bukan kegiatan yang nyaman buatku. Otak kembali melihat kegelisahan hati dan membantu mencari-cari alasan penyesalan. 
1. Harusnya aku ikut TPBI 
2. Harusnya kemarin ambil jurusan lain

Beberapa kali terpikir bahwa ini bukanlah saatnya untuk menyesal, tapi ntah kenapa pikiran penyesalan itu selalu mengganggu dan menggerogoti hati. Nggak nyaman rasanya ketika penyesalan itu datang, emosi, jantung berdegup lebih cepat, nafas memburu dan rasanya ingin menyalahkan semua orang, bahasa kerennya : sensi. jadi, maaf yaa buat kamu yang kemarin aku sensiin. 

Namun, aku nggak boleh larut dalam penyesalan ini. Otak membantuku untuk memberi semangat ke hati, otak berfikir tentang "masih ada ujian sbmptn". Dan sekarang tampaknya hatiku mulai bangkit. Ditambah lagi nasihat dari ibu yang tak pernah habisnya, beliau mengatakan "nggak harus negri, swasta juga oke. yang penting gimana orangnya" "tapi kan mahal" "nggak usah pikirin biaya, itu urusan kami orang tua, tugasmu hanya belajar dengan sungguh-sungguh". Aku terharu, sebutir air mata jatuh dari mata kiriku dan mengalir sampai ke pipi. 

Hati ini membara-bara. Hari minggu aku habiskan di meja belajar, bahas soal. Ajakan bermain teman-teman pun aku tolak dengan tegas. Ini bukan saatnya lagi untuk senang-senang, selama ini mungkin aku terlalu banyak menghabiskan waktu dengan hal yang tidak berguna. Allah menegurku bahwa waktuku harus dipergunakan dengan baik. Aku paham sekarang, ini teguran dari Allah. Kalau saja aku lulus kemarin, aku tidak akan berubah, hari-hariku dihabiskan hanya untuk main game, tidur, dan keluar sama teman-teman. 

Sekarang, rutinitasku berubah total. Pagi-pagi sudah bangun untuk olahraga, membakar lemak yang selama ini aku biarkan ngekost gratis di dalam tubuhku. Jam 10 harus pergi les intensif sampai jam 12. kemudian istirahat agar malamnya bisa lebih banyak waktu untuk belajar. Dan hal yang tidak berubah adalah, sore-sore dengerin The Dandees. Malam hari waktu untuk belajar, sambil sesekali main game atau nonton kalau bosan. 

Kesimpulannya : 
Aku percaya bahwa kalimat "Ambil Hikmahnya Aja" sangat sangat benar mujarabnya. Ketika kita dalam masalah, hanya dua yang bisa kita lakukan. Ambil hikmahnya lalu keluar dari masalah tersebut atau menyesal sampai masalah tersebut mengakhiri hidupmu. 

Sekian, mohon doanya untuk kelulusan SBMPTN *ketjhup manja

You Might Also Like

3 komentar

  1. Sukses! Jangan pernah kalah berjuang!!!

    BalasHapus
  2. hayo siapa yg lamarannya PTN ditolak beberapa kali tapi tak putus asa

    BalasHapus
  3. semangat kakak. jangan menyerah. aku doain semoga lulus sbmptn ;)))

    BalasHapus

Flickr Images